Kembangkan Sektor Pertanian, Perlu Ekosistem Pemberdayaan Petani

 
bagikan berita ke :

Senin, 28 Maret 2022
Di baca 1683 kali

Indonesia selama ini dikenal sebagai negara agraris karena memiliki lahan pertanian yang luas dan sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Namun sayangnya, hingga saat ini Indonesia belum juga mampu memenuhi kebutuhan beberapa komoditas pangan hasil pertanian seperti kedelai, jagung, dan bawang sehingga masih tergantung pada produk impor.

 

Untuk mengatasi ketergantungan impor komoditas pangan tersebut, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin menyebutkan bahwa perlu ekosistem pemberdayaan petani untuk mengembangkan sektor pertanian.

 

“Masyarakat kadang-kadang bisa menanam tetapi tidak bisa menjual, kadang-kadang juga sulit karena tidak ada lahannya,” sebut Wapres saat memberikan keterangan pers usai meresmikan Peluncuran Aplikasi Lapak Abah-Ojek Desa dan Santri Digitalpreneur di Kantor Bupati Purwakarta, Jl. Ganda Negara No. 11A, Nagri Kidul, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (28/03/2022).

 

Oleh sebab itu, Wapres meminta adanya ekosistem pemberdayaan petani mulai dari pemberian akses kepada masyarakat untuk memanfaatkan sebagian lahan misalnya yang dikuasai swasta dan BUMN.

 

“Memanfaatkan lahan-lahan yang masih bisa digunakan yang dikuasai oleh swasta maupun juga BUMN. Ini kita ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat,” tuturnya.

 

Kemudian, lanjut Wapres, ekosistem tersebut juga harus menyediakan offtaker untuk membantu pembiayaan dan memasarkan produk pertanian yang dihasilkan para petani.

 

“Ada semacam offtaker yang bisa memfasilitasi untuk memberi pembiayaan kemudian juga memasarkan, jadi ada semacam intermediatornya. Nah ini merupakan satu ekosistem yang coba kita bangun,” ungkapnya.

 

Di samping itu, saat meresmikan Aplikasi Lapak Abah-Ojek Desa dan Santri Digitalpreneur, Wapres menekankan bahwa ekosistem pemberdayaan petani juga perlu memanfaatkan teknologi digital.

 

“Digitalisasi diharapkan akan semakin menggugah inovasi dan melahirkan bisnis model yang beragam sehingga menumbuhkan berbagai aktivitas ekonomi di tengah kendala-kendala tradisional, seperti kendala geografis,” ujarnya.

 

Untuk itu, Wapres pun mengapresiasi inovasi Yayasan Dewa Dewi Indonesia yang berhasil menciptakan marketplace Lapak Abah yang khusus menjual produk-produk buatan Indonesia.

 

“Saya juga mendengar adanya aplikasi Jekdes (Ojek Desa), yang menyediakan transportasi online untuk membantu aktivitas perekonomian di perdesaan, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru,” imbuhnya.

 

Terobosan-terobosan tersebut, kata Wapres, akan dapat mempermudah distribusi hasil pertanian dan produk-produk UMKM masyarakat desa.

 

“Mudah-mudahan, dengan kemajuan teknologi, jangkauan pemasaran produk-produk unggul di Kabupaten Purwakarta khususnya akan juga merambah ke pasar global,” harapnya.

 

Terakhir, Wapres meyakini bahwa dengan pembentukan ekosistem pemberdayaan petani dan pemanfaatan teknologi digital akan membantu meningkatkan pendapatan banyak masyarakat.

 

“Kita ingin memberdayakan masyarakat dan melakukan pemulihan ekonomi nasional di tingkat akar rumput di tingkat masyarakat, supaya kita mendorong untuk dilakukan pemerataan pendapatan ekonomi kepada masyarakat,” pungkasnya.

 

Sependapat dengan Wapres, pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan upaya peningkatan produk pertanian di Jawa Barat akan sepenuhnya didukung ekosistem digital.

 

“Apalagi kami di Jawa Barat punya program petani milenial, yakni mengajak anak-anak muda jangan semua hijrah ke kota tetapi justru kembali ke desa mendapatkan rejeki kota,” ungkapnya. (EP-BPMI Setwapres)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
2           0           0           0           3