Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 2 September 2010

 
bagikan berita ke :

Kamis, 02 September 2010
Di baca 855 kali

 

SAMBUTAN PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

SIDANG KABINET PARIPURNA

DI KANTOR KEPRESIDENAN, JAKARTA
TANGGAL 2 SEPTEMBER 2010

 


 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Saudara Wakil Presiden dan para Peserta Sidang Kabinet Paripurna yang saya hormati,

 

Alhamdulillah, kita bisa menghadiri Sidang Kabinet Paripurna hari ini dengan agenda utama membahas kesiapan kita di dalam memberikan pengamanan dan pelayanan bagi saudara-saudara kita yang akan merayakan Iedul Fitri di seluruh penjuru tanah air atau yang sering disebut dengan mudik lebaran. Namun, sebelum saya memberikan pengantar tentang tugas kita untuk memberikan pengamanan dan pelayanan terbaik itu, saya ingin menyampaikan satu hal yang saya meminta perhatian Saudara semua. Sesuatu yang sangat memprihatinkan yang justru terjadi pada bulan Ramadhan, apa yang terjadi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah.

 

Kejadian seperti ini sebenarnya bisa dicegah kalau semua perangkat yang ada di daerah bekerja dengan baik. Kalau ada amuk massa, gerakan anarkis massa, kebetulan sekarang berhadapan dengan Polri. Yang bertanggung jawab, yang harus mengatasi, yang harus menyelesaikan, bukan hanya Polri. Meskipun Polri tentu memiliki tanggung jawab yang besar, tetapi, gubernur, bupati, camat, pemerintah daerah harus sangat aktif untuk mengelola, berkomunikasi, memberikan penjelasan, penerangan, dan sebagainya. Manakala keadaan ekskalatif, ancaman menjadi makin tinggi, TNI yang ada di situ juga harus bisa berkolaborasi dengan Polri untuk mengatasi keadaan.

 

Kita mempunyai pengalaman di waktu yang lalu, antisipasi yang kurang, sinergi yang tidak baik, respons yang tidak cepat, tanggung jawab yang tidak penuh sehingga mestinya bisa kita cegah, terjadi, atau mestinya bisa kita kurangi, korbannya menjadi lebih besar. Ini tidak bisa kita terima, unacceptable. Saya akan meminta pertanggungjawaban gubernur, bupati. Saya juga akan meminta pertanggungjawaban kepolisian. Saya akan bertanya apa yang dilaksanakan TNI di daerah untuk mengatasi masalah ini. Di daerah ada forum Muspida, pimpinannya adalah gubernur atau bupati. Bisa satu mereka untuk bersinergi atau berkoordinasi sebelum segalanya menjadi terlambat. Saya melihat, saya tanggung jawab, profesionalisme, sinergi dan koordinasi ini yang belum berlangsung dengan baik. Pemimpin yang baik harus mengerti apa yang terjadi hari-hari tertentu. Sudah ada pemicu. Sudah ada insiden. Sudah ada berita-berita ke sana ke mari. Mestinya dengan cepat dan responsif, dan tepat  semua resources digunakan. Kalau solusinya hanya mengandalkan dua SSK Brimob dikirim ke depan, keadaan geografinya tidak memungkinkan masih harus tambah lagi, pasti terlambat.

 

Kita punya sistem di negeri ini. Rakyat di setiap daerah ada pemimpinnya. Dan, pemimpin sudah diikat dalam koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi. Jadi saya mengatakan, sekali lagi, unacceptable. Saya minta dilakukan investigasi. Bagi yang melanggar hukum pada saatnya kalau tidak dengan tegas, tidak boleh membiarkan di negeri ini anarki demi anarki terus berlangsung. Tetapi, bagi yang lalai menjalankan tugasnya, siapapun perlu mendapatkan sanksi. Siapapun. Karena kalau tidak, akan banyak orang yang lalai dalam menjalankan tugasnya. Ini mencoreng bulan suci, mencoreng apa yang harus kita lakukan bersama. Dan juga koreksi saya, biasanya ketika terjadi sesuatu, terus oleh pemimpin-pemimpin dianggap selesai. Belum, masih ada buntut. Kalau  kita mengerti sampai melewati batas aman. Baru sedikit teratasi. Tetapi hari-hari yang penuh dengan ketegangan itu harus dikelola, siaga, dijaga. Kejadian dulu di Priok, kejadian di Batam, kejadian di Jawa Timur, kejadian di Jawa Barat. Saya nilai cepat merasa sudah aman, belum. Harus dikawal pada hari-hari mendatang dengan komunikasi. Tokoh adat diajak bicara. Ulama diajak bicara, semua. Berkomunikasi dengan masyarakat, RT, RW, desa. Itulah manajemen pemerintahan, manajemen krisis.

 

Saya melihat belum seperti itu. Saya minta kepada jajaran kabinet juga harus menjamah sampai di situ, memastikan betul sistem bekerja di daerah. Saya meminta Menkopolhukam dan jajaran karena masih, dalam intuisi saya mengatakan masih akan ada buntutnya. Lakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk tidak meluas segera diredakan, dipulihkan. Kemudian, pada saatnya nanti tegakkan hukum. Pada saatnya nanti siapa yang ikut bertanggung jawab, para pimpinan juga harus bisa mempertangungjawabkan. Dengan demikian, kita akan mengelola negeri ini menghadapi dinamika perkembangan situasi tetap dengan penuh tanggung jawab, dengan sistem kepemimpinan dan manajemen yang baik.

 

Saudara-saudara,

 

Itu pengantar pertama saya. Pengantar kedua adalah berkaitan dengan agenda kita melaksanakan Sidang Kabinet Paripurna hari  ini. Saudara tahu bahwa mudik lebaran itu merupakan tradisi di negeri kita. Dan, sesungguhnya banyak membawa kebaikan. Jangan dilihat masalahnya. Jangan dilihat repotnya. Itu membawa kebaikan. Dari segi keagamaan, ada silaturrahim, bertemu sanak keluarga, anak bertemu orang tua. Dari segi sosial bisa kita jaga paguyuban, patembayan saudara-saudara kita meskipun sehari-harinya berbeda tempat. Dari segi ekonomi, bergerak ekonomi daerah, membawa bantuannya ke daerah, itu juga pemerataan. Jadi, banyak hal yang sesungguhnya positif, dalam yang disebut dengan tradisi mudik lebaran. Itu kegiatan setahun sekali. Oleh karena itu, saya instruksikan kepada seluruh jajaran pemerintahan termasuk Kabinet ini untuk mengamankannya dan memberikan pelayanan yang terbaik.

 

Saya berharap jangan dianggap ini sebagai tugas rutin. Tiap tahun kita juga begini. Tiap tahun kita Sidang Kabinet  membahas kesiapan Lebaran, apa-apa, lalu lintas, jalan yang rusak dimana, transportasinya, harga cabe, bawang merah. Jangan begitu. Setiap tugas pengamanan dan pelayanan mudik lebaran anggaplah sebagai operasi baru karena situasi juga berkembang, permasalahan juga berkembang. Saudara tahu, tahun lalu mungkin jumlah motor yang mudik tidak sebanyak sekarang. Tahun depan lebih banyak lagi karena tiap tahun misalkan 10% kenaikan kendaraan roda empat dan roda tiga. Jalannya barangkali tambahnya nol sekian persen. Oleh karena itu, setiap tahun selalu harus kita lakukan operasi baru. Kita punya pengalaman setiap tahunnya. Tahun lalu saja ada pengalaman, ada yang sudah baik, ada yang belum baik. Jadikan itu sebagai sarana koreksi untuk tugas kita pada tahun ini. Saya juga berharap agar sinergi dan koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, banyak inisiatif daerah yang baik, misalkan mencegah pasar tumpah, dialihkan hal itu kegiatannya sehingga lebih lancar. Contohnya seperti itu.

 

Kemudian, prioritaskan Saudara-saudara, pengamanan mudik Lebaran itu pada lalu lintas. Lalu lintas ini kalau kita dengar radio, televisi, SMS, yang sering menjadi sumber keluhan dari masyarakat kita karena memang bertumpuk. Jalannya itu-itu saja, kendaraannya bertambah tiap tahun. Yang kedua, titik kemacetan. Infrastruktur, Nagreg misalnya, tempat-tempat main, bottleneck, yang selalu berjam-jam kendaraan antri di situ. Pengamanan dari kejahatan, kejahatan bagi pemudik maupun kompleks-kompleks yang ditinggalkan. Ancaman teror akan masih selalu ada. Keamanan dan pelayanan transportasi publik, baik itu laut, darat, maupun udara. Keadaan tanggap darurat kesehatan sepanjang rute perjalanan harus siap. BBM sepanjang rute perjalanaan, jangan sampai nanti pom-pom bensin kurang sehingga berhenti iring-iringan karena tidak bisa mengisi bahan bakar.

 

Keterjangkauan harga sembako. Memang sembako itu supply and demand, permintaan bertambah, harga sedikit naik. Tapi, tentu yang pokok harus kita kelola dengan stabilisasi dan operasi pasar. Pengamanan shalat Iedul Fitri sendiri. Dan kemudian, antisipasi cuaca, kemungkinan banjir, kemungkinan ombak tinggi sehingga memerlukan perhatian operator transportasi dan regulatornya. Jangan sampai lemah di pelabuhan-pelabuhan sehingga kejadian ferry tenggelam, kapal terbalik, karena tidak peduli si regulator dan operator. Jangan terjadi lagi.

 

Kemudian, untuk para petugas kepolisian utamanya, pagi, siang, sore, malam berhari-hari, TNI, kesehatan dan lain-lain, yang bertugas di lapangan, saya berharap perhatikan insentif khususnya, termasuk giliran cutinya. Mereka tidak cuti pada hari mudik lebaran tetapi setelah itu jangan dilupakan gilirannya. Khusus Saudara-saudara, jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, sambil merayakan Iedul Fitri tetaplah kita memantau, mengendalikan semua yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan fungsinya masing-masing. Jadi, konsekuensi kita sebagai pejabat publik yang harus menjalankan tugas itu.

 

Terakhir, seperti biasanya saya akan melakukan sidak nanti menjelang hari H, janji, dengan tempat dan obyek akan saya sampaikan kemudian pada saatnya. Yang penting, persiapkan dengan baik dan saya tidak ingin ada yang tidak siap. Saudara harus memastikan terminal demi terminal, rute demi rute, pos demi pos, semuanya siap.

 

Demikianlah, pengantar saya. Dan, setelah ini saya berikan kesempatan kepada para Menteri yang ingin menyampaikan laporan dan presentasinya. Tolong dibatasi pada hal-hal yang menonjol, yang urgent. Yang detail yang memang tidak diperlukan, tidak perlu dipresentasikan karena kita akan memberikan kesempatan kepada petugas-petugas yang akan bekerja keras pada saat mudik lebaran tersebut.

 

Terima kasih.