Sambutan Presiden pada Peresmian Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2020

 
bagikan berita ke :

Kamis, 30 April 2020
Di baca 647 kali

Istana Merdeka, Jakarta
 
 
 
 
 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Yang saya hormati, Bapak Wakil Presiden;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, dan seluruh Kepala Lembaga, Kementerian dan Nonkementerian;
Yang saya hormati, para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, para Kepala Bappeda provinsi.

Bapak/Ibu, Hadirin, Undangan yang berbahagia,
Musrenbangnas (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional) ini adalah siklus tahunan untuk merencanakan pembangunan tahun depan, tahun 2021. Karena itu perencanaan pembangunan tahun 2021 harus betul-betul adaptif dengan perkembangan situasi yang kita hadapi saat ini. Apa yang kita kerjakan tahun ini akan memberi fondasi bagi tahun yang akan datang.

Tahun ini, kita sudah melakukan penyesuaian-penyesuaian target pembangunan. Kita lakukan realokasi dan refocusing belanja secara besar-besaran. Kita geser prioritas pada 3 hal: bidang kesehatan, jaring pengaman sosial bagi warga miskin, serta stimulus ekonomi agar pelaku usaha bisa bertahan dan mencegah terjadinya PHK (pemutusan hubungan kerja). Kita butuh kecepatan untuk keselamatan seluruh rakyat Indonesia. Memang belum ada kepastian kapan ini akan berakhir. Setiap ahli memiliki hitungan-hitungan yang berbeda mengenai pandemi Covid-19. Beberapa negara maju yang awalnya menyatakan sudah recover, sudah pulih, justru mengalami gelombang yang kedua.

Kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario. Skenario yang paling ringan, skenario sedang, dan skenario yang paling berat. Tapi saya meyakini, insyaallah dengan kedisiplinan, dengan kecepatan, dengan ketepatan langkah-langkah kita, kita akan bisa melalui situasi yang berat ini. Dengan berbagai skenario itu, kita siapkan langkah-langkah mitigasi, baik mitigasi dampak kesehatan maupun mitigasi dampak ekonomi. Dan sekaligus juga menyiapkan langkah-langkah recovery, langkah-langkah pemulihan jika penyebaran Covid-19 ini sudah bisa kita kendalikan.

Hadirin yang saya hormati,
Saya optimis, tahun 2021 adalah tahun recovery, tahun pemulihan, dan tahun rebound. Untuk itu, selain kecepatan dalam mengatasi Covid-19, kita juga perlu kecepatan untuk pulih, kecepatan untuk recovery. Saya melihat negara yang akan menjadi pemenang bukan hanya negara yang berhasil cepat mengatasi Covid-19 tapi juga negara yang cepat melakukan pemulihan, cepat melakukan recovery. Situasi pandemi seperti saat ini memberikan kita kesempatan untuk melihat lagi, apa yang perlu kita perbaiki, apa yang perlu kita reform, apa yang segera kita harus pulihkan. Dalam soal reform, dalam masa pandemi ini, kita harus melihat seberapa kuat ketahanan sosial kita, seberapa kuat ketahanan ekonomi kita, dan seberapa kuat ketahanan pangan kita. Seberapa besar ketergantungan kita kepada negara lain.

Dan dalam situasi seperti ini, kita bisa melihat dan menghitung lagi, berbagai potensi di dalam negeri yang kita miliki yang belum terkelola dengan maksimal, yang belum kita bangun dan kita manfaatkan secara baik. Sebagai contoh, apa yang terjadi di sektor kesehatan, industri farmasi, bahan baku obat kita saat ini masih impor, 95 persen masih impor. Alat-alat kesehatan, ada tidak? Apa yang bisa kita produksi sendiri dan apa saja yang kita beli dari negara lain? Sekarang kelihatan semuanya. Lalu bagaimana dengan tenaga medis, rasio dokter, rasio dokter spesialis, perawat, apa cukup menghadapi situasi seperti saat ini?

Negara kita juga punya berbagai persoalan di sektor kesehatan. Kita punya beberapa penyakit menular berbahaya yang perlu penanganan khusus seperti TBC (tuberkulosis).Bagaimana ketersediaan rumah sakit kita, fasilitasnya, tempat tidurnya cukup atau tidak. Coba kita lihat, misalnya TBC. Indonesia merupakan negara nomor tiga yang masih memiliki penyakit menular ini. Tiga besar dunia yang memiliki penderita TBC adalah India, Cina, dan Indonesia. Kemudian mengenai rasio jumlah tempat tidur berdasarkan jumlah penduduk, Indonesia juga memiliki rasio masih kecil, 1,2 per 1.000. Artinya hanya tersedia 1,2 tempat tidur bagi 1.000 penduduk. Dibandingkan negara lain, Indonesia juga masih kalah. India 2,7 per 1.000 (penduduk), Tiongkok 4,3 per 1.000 (penduduk), dan tertinggi, Jepang 13 per 1.000 (penduduk).

Kemudian, bagaimana dengan laboratorium? Berapa kita punya, bagaimana kemampuannya, peralatannya, SDM-nya? Semuanya harus kita hitung karena kita melihat pentingnya health security di masa-masa yang akan datang. Kejadian pandemi Covid-19 ini menyadarkan kita semuanya betapa pentingnya health security.

Saat ini hingga beberapa tahun ke depan, ada banyak persoalan yang harus kita selesaikan. Sektor pangan misalnya. Food and Agriculture Organization (FAO) sudah memberikan peringatan akan terjadinya krisis pangan, bencana kelaparan yang mengancam dunia. 135 juta orang di seluruh dunia yang terancam kelaparan atau bahkan mengalami situasi yang lebih buruk daripada itu. Karena itu, ketersediaan pangan/food security sangat penting. Bagaimana dengan kesiapan produksi pangan kita? Bagaimana dengan kesiapan industri pengolahan pascapanen? Bagaimana dengan efisiensi rantai pasok dan distribusi? Semuanya harus kita lihat lagi dan kita harus menyiapkan strategi besar dalam menghadapi itu ke depan.

Sektor energi juga demikian. Bagaimana kesiapan kita di tengah volatilitas harga minyak mentah dunia saat ini yang tahu-tahu jatuh dari 60 (USD per barel) kemudian sekarang pada posisi kurang lebih 20-an (USD per barel). Sebuah volatilitas yang sangat besar sekali dan oleh sebab itu, kita harus merancang bagaimana strategi besar kita ke depan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Ke mana arahnya, apakah ke bioenergy ataukah ke baterai? Ini akan menentukan juga arah riset dan pengembangan energi baru terbarukan.

Saya juga memberikan perhatian khusus pada sistem jaring pengaman sosial, khususnya dalam masa pandemi seperti sekarang yang kita hadapi karena masyarakat yang terdampak sangat banyak, hampir di semua sektor, tersebar di seluruh Tanah Air. PHK, kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan, jumlah warga miskin juga akan semakin meningkat. Karena itu, kita perlu memikirkan bersama bagaimana model dan cara sistem jaring pengaman sosial, bantuan sosial yang betul-betul efektif dan cepat sehingga setiap rupiah yang kita keluarkan sampai pada target, sampai pada sasaran, tepat sasaran. Terdapat data akurat yang transparan, yang akuntabel, setiap saat bisa dilihat, bisa diketahui, sehingga dapat dikoreksi dengan cepat jika terjadi kesalahan. Dengan demikian, kita dapat pastikan (bahwa) penerima adalah orang yang benar-benar berhak dan membutuhkan.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Selain momentum untuk reform, tahun 2021 adalah tahun recovery, tahun pemulihan ekonomi. Untuk itu, saya minta kepada para Gubernur, para Bupati dan Wali Kota, serta Kepala Bappeda untuk mengidentifikasi secara detail, memilah-milah secara cermat di daerahnya masing-masing, sektor apa yang terkena dampak paling parah, sektor apa yang dampaknya sedang, dan sektor apa yang masih bisa bertahan dan justru bisa mengambil peluang yang ada. Karena saya melihat ada beberapa sektor yang sangat terpukul, seperti sektor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), sektor pariwisata, sektor konstruksi, sektor transportasi. Namun ada juga yang masih bisa bertahan dan bahkan bisa bergerak memanfaatkan momentum ini, misalnya sektor tekstil dan produk tekstil, sektor kimia, sektor farmasi, sektor alat kesehatan, sektor makanan dan minuman, serta sektor jasa telekomunikasi, dan sektor jasa logistik.

Saya minta disiapkan strategi besar recovery-nya, peta jalan, dan tahapan-tahapannya. Tahapan mitigasi yang dilakukan saat ini seperti apa? Apa sektor yang prioritas yang harus dibantu? Berapa lapangan kerja yang bisa diselamatkan? Setelah tahap mitigasi Covid-19 selesai, kita masuk ke tahap recovery. Siapkan sektor apa yang bisa pulih cepat yang bisa langsung rebound, mana yang pulihnya agak lambat, apa rencana intervensi kebijakan yang bisa dilakukan. Saat ini kita masih fokus kepada tahap mitigasi. Pemerintah telah menyiapkan paket program stimulus ekonomi agar bisa bertahan dan mencegah PHK, seperti insentif perpajakan, restrukturisasi kredit, serta relaksasi impor bahan baku.

Saya ingatkan, yang harus dibantu bukan hanya usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar saja tapi juga usaha ultramikro dan usaha mikro. Program stimulus ekonomi juga harus menjangkau sektor-sektor informal: pedagang kaki lima, tukang gorengan, tukang tambal ban, warung-warung kecil, dan sebagainya. Jumlah yang seperti ini sangat besar. Dan menurut data Bappenas, angkanya mencapai 40 juta (orang) dan juga banyak menampung tenaga kerja. Sebagian besar dari mereka tidak bersentuhan dengan bank atau lembaga keuangan, ini juga yang harus kita perhatikan.

Saya minta para gubernur di setiap daerah, merancang program yang sama untuk menambah, untuk memperkuat, serta memperluas program stimulus ekonomi yang sudah disiapkan oleh pemerintah pusat. Saya hanya titip, dalam menyiapkan program stimulus ekonomi di daerah, jalankan dengan skema yang jelas, yang transparan, dan terukur. Sektor apa mendapatkan stimulus apa, dan bisa menyelamatkan tenaga kerja berapa, semuanya harus dihitung. Jangan sampai hanya mau mendapatkan stimulus ekonomi tapi tetap melakukan PHK pada pekerjanya. Saya juga minta untuk diverifikasi dengan benar dan lakukan evaluasi kembali secara berkala terhadap efektivitas paket stimulus ekonomi yang sudah diberikan sehingga betul-betul berdampak pada penyelamatan jutaan tenaga kerja yang bergantung hidupnya di sektor riil.

Hadirin yang saya hormati,
Kita sedang bekerja dalam kondisi tekanan yang luar biasa. Karena itu dibutuhkan sinergi yang kuat, kerja sama yang terjalin erat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, mulai dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, sampai pemerintah desa, harus berjalan dalam satu visi, satu arah, satu kebijakan yang solid. Kalau ada masalah di lapangan, segera kita perbaiki, kita sempurnakan bersama-sama. Karena dalam situasi seperti ini, tidak ada satu pun negara di dunia, dari 213 negara, yang betul-betul siap. Saya meyakini dengan sinergi itu berbagai dampak dari pandemi global ini, insyaallah, dapat segera kita atasi. Masyarakat rentan terdampak, tertangani dengan baik dan kita bisa melewati badai ini dengan selamat.

Saya rasa itu, hal-hal penting yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, siang hari ini saya nyatakan dibuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2020.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.