Sambutan Presiden RI pd Silaturahim Paguyuban Pawitandirogo, di Jakarta, tgl.8 Sept 2014
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
SILATURAHIM PAGUYUBAN PAWITANDIROGO
SASANA KRIYA, TAMAN MINI INDONESIA INDAH
TANGGAL 8 SEPTEMBER 2014
Â
Â
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang sama-sama kita cintai, Sesepuh kita, Orang tua kita, Ibu Sulasikin Murpratomo, dan Bapak Haryono Suyono,
Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Bapak-bapak, Ibu-ibu, para Sahabat Keluarga Besar Pawitandirogo yang saya cintai dan saya banggakan,
Alhamdulillah pada malam hari ini kita dapat kembali bersilaturahim, di samping temu kangen, sebenarnya dahulu kita niatkan pula untuk berhalal-bihalal. Oleh karena itu, saya pada kesempatan yang baik ini, meskipun sudah relatif terlambat, mengucapkan Selamat Idul Fitri, Minal ‘aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Pak Djoko Suyanto, putra Madiun yang sekarang mengemban tugas sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyampaikan kepada saya kurang lebih tiga minggu yang lalu, bahwa teman-teman dari Pawitandirogo, ada Pak Narto, ada Pak Parni Hadi, ingin mengundang kami untuk hadir pada acara, seperti yang kita selenggarakan pada malam hari ini.
Diberitahukan kepada saya waktu itu, acara temu kangen ini akan dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus. Saya sampaikan kepada Pak Joko, kebetulan selama lebih kurang sepuluh hari, saya beserta Ibu Ani, sejumlah menteri, dan rombongan, melaksanakan kunjungan kerja ke Papua Barat, kemudian ke Timor-Leste, dan kemudian ke Bali sehingga tidak aman 29 Agustus karena baru akan berangkat dari Bali. Saya bernegosiasi, Pak Joko, tolong sampaikan kepada pantia karena saya sungguh ingin hadir, bisa tidak waktunya disesuaikan.
Alhamdulillah, negosiasi damai berlangsung dengan baik, bahkan kata panitia tempat ini jauh lebih nyaman dibandingkan dengan tempat yang dulunya akan digunakan pada tanggal 29 Agustus. Oleh karena itu, Alhamdulillah, dengan izin Allah pada malam hari ini kita laksanakan malam silaturahim, temu kangen, sambil sama-sama menyaksikan pagelaran ketoprak yang akan dimainkan oleh putra-putri Pawitandirogo.
Saya masih ingat, tahun lalu, Pak Parni Hadi dan kawan-kawan juga menampilkan ketoprak dengan cerita Retno Dumilah, putri Madiun, betul? Yang ternyata juga memiliki peran yang luar biasa di kemudian hari di Ngayogyakartohadiningrat. Jadi ada benang sejarahnya, ternyata Pawitandirogo banyak bibit-bibit unggul, banyak putra-putri yang ikut mengharumkan nama Indonesia, bahkan sebelum Indonesia merdeka, sebagaimana dalam cerita Retno Dumilah tadi.
Malam hari ini saya dengar juga akan dipertontonkan satu adegan yang tidak kalah pentingnya mengiringi suksesi damai, suksesi kepemimpinan dari saya kepada pengganti saya, Presiden kita kelak, Bapak Joko Widodo.
Beberapa saat yang lalu, kami bercakap-cakap, ada yang bertanya kepada saya, Pak SBY, kira-kira Presiden pengganti Pak SBY nanti apakah Keluarga Besar Pawitandirogo? Begitu. Saya bilang ya sangat mungkin kalau Allah kehendaki. Dan ternyata benar, Pak Jokowi Pawitandirogo, hanya sebelah baratnya sedikit.
Kalau dari Magetan naik ke Gunung Lawu, kemudian turun ke Cemarasewu kemudian ke Karanganyar, sampai juga di Solo. Jadi bolehlah dianggap tetap keluarga Besar Pawitandirogo. Paling tidak Pawitandirogo plus.
Bapak-Ibu, Hadirin yang sangat saya muliakan,
Sebagai seseorang yang mengemban amanah, insya Allah hampir 10 tahun, tentu satu perjalanan kehidupan saya selaku pemimpin di negeri ini yang tidak mudah, kadang-kadang anginnya begitu kencang, badai, hujan, panas, tetapi, sekali lagi, dengan pertolongan Allah, dengan dukungan dan kebersamaan rakyat Indonesia, terutama dukungan Keluraga Besar Pawitandirogo, masa-masa itu dapat kami lampaui. Oleh karena itulah, dengan tulus, dengan tulus saya beserta istri mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas dukungan dan kebersamaan keluarga besar Pawitandirogo selama ini.
Saya berharap dukungan yang diberikan kepada saya, marilah kita berikan nanti kepada pemimpin kita yang baru, Presiden kita yang baru, agar beliau juga bisa mengemban tugas dengan baik. Istilahnya kita wajib membantu, jangan justru mengganggu. Tidak diganggu saja, memimpin Indonesia di era baru ini sangatlah tidak mudah, apalagi kalau harus diganggu.
Oleh karena itu, sekali lagi, marilah kita berikan dukungan kepada pemimpin kita yang baru nanti bersama pemerintahannya karena gerak pembangunan ini harus terus maju ke depan. Setiap generasi menjawab tantangan sejarahnya, setiap pemimpin beserta pemerintahannya mengemban tugas agar negeri kita makin ke depan makin baik.
Mendiang Bung Karno, pemimpin kita yang banyak jasanya, termasuk memerdekakan bangsa ini, memimpin kita selama 22 tahun, dengan juga tantangan yang tidak ringan. Setelah itu Pak Harto, pemimpin kita yang juga andilnya tidak sedikit untuk membangun negeri ini, memimpin kita 32 tahun. Kedua pemimpin besar itu, dengan segala ikhtiar dan kerja kerasnya telah mengubah banyak hal, tetapi tentu karena membangun bangsa dan negara sebuah proses berkelanjutan, never ending goals, tentu saja meskipun selama setengah abad dilakukan pembangunan, masih saja ada pekerjaan rumah. Demikian juga, kemudian Pak Habibie, Gus Dur, dan Ibu Megawati.
Alhamdulillah saya mendapat tugas sejarah memimpin Indonesia selama 10 tahun ini. Sungguh ingin saya ingin melakukan semua hal yang saya bisa lakukan, sungguh ingin saya berbuat terbaik untuk bangsa kita, untuk negara kita, tentu. Tetapi, ada yang Alhamdulillah dapat saya capai, namun ada juga yang belum dapat saya capai. Oleh karena itu, kalau ada yang belum dapat saya capai, saya mohon maaf, itulah kodrat saya sebagai manusia biasa, meskipun ingin berbuat sebanyak mungkin selalu ada keterbatasan saya sebagai manusia biasa.
Dan, akhirnya, Bapak-Ibu, Hadirin, Saudara-saudara yang saya cintai,
Setelah selesai mengemban tugas, saya akan kembali ke komunitas besar bangsa ini, tentu menjadi bagian dari Keluarga Besar Pawitandirogo, saya akan terus melanjutkan bakti saya untuk negeri ini dengan cara-cara yang positif, sekaligus sebagai warga dunia saya juga akan berkontribusi bagi upaya pembangunan dunia menuju dunia yang makin damai, makin adil, dan makin sejahtera.
Itulah yang ingin saya sampaikan, sekali lagi terima kasih. Sekali lagi, marilah kita perankan peran kita sebagai umat, hamba Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan sebagai warga bangsa untuk selalu menjadi bagian dari upaya pembangunan bangsa yang kita cintai bersama ini.
Demikian Bapak-Ibu, Saudara-saudara, terima kasih,
Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Â
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI