Tingkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Berwakaf Uang, Diperlukan Upaya yang Lebih Optimal

 
bagikan berita ke :

Jumat, 13 Agustus 2021
Di baca 1507 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Sebagai  upaya mendapat kemanfaatan yang lebih besar dan memudahkan masyarakat untuk berwakaf, kini praktik wakaf dapat dilakukan dengan uang, karena dinilai lebih produktif dan memiliki nilai ekonomi. Pada 2018, Badan Wakaf Indonesia (BWI) pun menyebutkan bahwa potensi wakaf uang nasional diperkirakan dapat mencapai 180 triliun rupiah pertahun. Namun, realisasinya masih jauh dari angka yang diproyeksikan. Oleh kerena itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat berwakaf uang, diperlukan upaya-upaya yang lebih optimal.

 

“Diperlukan usaha-usaha yang lebih optimal dan gerakan “Riau Berwakaf” diharapkan dapat mendukung capaian potensi tersebut,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada acara Gerakan Sadar Wakaf “Sumatera Berwakaf” melalui konferensi video dari Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No.2, Jakarta, Jumat (13/8/21).

 

Dalam acara yang mengangkat tema “Bersinergi Membangun Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk Memperkuat Momentum Pemulihan Ekonomi Melalui Konektivitas Wilayah”  lebih jauh Wapres menguraikan tiga upaya yang dapat meningkatkan potensi wakaf uang tersebut.

 

Pertama, Wapres menekankan, perlunya peningkatan literasi wakaf kepada masyarakat, karena selama ini sebagian besar persepsi wakaf masyarakat Indonesia masih bersifat tradisional, wakaf hanya berorientasi pada aset seperti tanah, gedung dan lain-lain, sehingga wakaf hanya dilakukan oleh golongan orang tua dan kaum the haves (golongan berada), padahal wakaf juga dapat diberikan dalam bentuk uang. Upaya ini juga telah dilakukan pemerintah, dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) oleh Presiden Jokowi pada 25 Januari 2021 lalu.

 

“Perlu lebih gencar lagi memberikan sosialisasi dan edukasi terkait wakaf kepada seluruh kalangan masyarakat khususnya kepada generasi milenial,” urainya.

 

Kedua, lanjut Wapres, perlunya teknologi digital untuk pengelolaan wakaf. Dengan dicanangkannya GNWU Sumatera Berwakaf dan Riau Berwakaf, wakaf yang akan disampaikan oleh masyarakat akan semakin beragam.

 

“Dibutuhkan sistem digital agar transaksi menjadi lebih mudah, transparan, dan terjaga akuntabilitasnya,” jelasnya.

 

Upaya ketiga, menurut Wapres yang diperlukan adalah sumber daya manusia (SDM) berkompeten di bidang wakaf, agar pengelolaan wakaf dapat lebih profesional dan kepercayaan publik terus terjaga.

 

“Pengelolaan wakaf harus ditangani oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi khusus di bidang wakaf, dan pengelolaan wakaf merupakan pekerjaan utama dan bukan pekerjaan sampingan,” imbau Wapres.

 

“Untuk menghasilkan sumber daya manusia berkompeten di bidang wakaf, kiranya perlu didukung oleh pemerintah setempat ataupun lembaga filantropi yang menaunginya,” tambahnya.

 

Dengan wakaf uang ini, Wapres mencatat, beberapa negara telah menggunakannya untuk pembangunan.  Di Kuwait misalnya, dana wakaf terus berkembang dalam berbagai proyek investasi pembangunan properti, pertokoan, pemukiman selain masjid-masjid. Sementara di Mesir, dana wakaf juga dikembangkan melalui investasi infrastruktur seperti pengelolaan terusan Suez dan untuk pembiayaan Universitas Al-Azhar.

 

“Dengan demikian dana wakaf dapat terus berkembang dan memberikan manfaat kepada umat. Oleh karena itulah maka wakaf dinamakan sebagai sedekah jariyah yang pahalanya mengalir terus kepada pemberi wakaf (wakif),” ucap Wapres.

 

Dalam kesempatan tersebut, Wapres memberikan apresiasi kepada Gubernur Riau dan juga masyarakat Riau atas inisiatif mereka menjadikan “Gerakan Sadar Wakaf” menjadi gerakan moral bersama di Provinsi Riau dan diperluas hingga mencakup wilayah Sumatera.

 

“Semoga gerakan ini menambah motivasi, semangat, dan juga menjadi contoh bagi masyarakat di daerah lainnya untuk menggelorakan gerakan wakaf,” harapnya.

 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia pada 2021 khususnya di triwulan II yang lalu tumbuh tinggi, yaitu 7,07%. Secara keseluruhan wilayah-wilayah di Indonesia juga tumbuh termasuk wilayah Sumatera.  Selain itu, untuk sektor industri halal yang mencakup makanan halal, muslim fashion, dan pariwisata ramah muslim juga tumbuh lebih tinggi yaitu 8,24%. Ia pun mengimbau agar seluruh pemangku kepentingan bersama-sama bersinergi untuk memajukan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.

 

“Sejalan dengan tema FESyar tahun 2021 ini yakni bersinergi membangun ekonomi dan keuangan syariah untuk memperkuat momentum pemulihan ekonomi regional, mari kita terus berjamaah beristikhomah dan bersungguh-sungguh, bermujahadah dalam memajukan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia,” ungkapnya.

 

Sementara, Gubernur Riau Syamsuar melaporkan bahwa Gerakan Riau Berwakaf yang diluncurkan pada 3 Agustus 2021 ini telah berhasil mengumpulkan dana wakaf lebih dari 600 miliar rupiah dengan penambahan 4.000 milenial sebagai wakif baru yang melakukan wakaf uang secara digital.  Ia pun mengimbau seluruh kepala daerah di wilayah Sumatera untuk terus mengkampanyekan gerakan ini kepada masyarakat.

 

“Saya mengajak teman-teman kepala daerah se-Sumatera untuk bersama-sama mengembangkan Islamic Social Finance khususnya wakaf ini sebagai instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan kegiatan Gerakan Sadar Wakaf di Sumatera dapat terus bergulir ke berbagai regional lain sehingga menjadi gerakan nasional yang masif dan berkelanjutan, tentunya kegiatan yang sangat positif ini dapat menjadi motivasi kita selaku umat muslim menggerakkan kepedulian sosial dan ekonomi melalui wakaf,” harapnya.

 

Patut diketahui, Gerakan Sadar Wakaf “Sumatera Berwakaf” ini merupakan rangkaian acara Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah (FESyar) Regional Sumatera 2021 yang diselenggarakan pada 10 s.d.15 Agustus 2021. Rangkaian acara FESyar lainnya adalah Tabligh Akbar “Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443H”, Webinar “Mengakselerasi Pemulihan Ekonomi Sumatera Melalui Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah”, Webinar “Penguatan Model Bisnis Usaha Syariah (Pesantren dan Non Pesantren) melalui Business Linkage”, Business CoachingFundamental of Business Management for Halal Food & Modest Fashion”, Webinar “Sertifikasi dan Pengembangan Usaha Halal”, Workshop Peluang Bisnis Dalam Halal Lifestyle (Food & Fashion), Webinar “Model Pemberdayaan Ekonomi Produktif Melalui Optimalisasi Dana ZISWAF”, Webinar “Diseminasi Laporan Ekonomi & Indeks Literasi Syariah, Workshop “Hijrah ke Halal Lifestyle (Food, Fashion and Finance)”, dan Talkshow “Wirausaha Muda Syariah”.

 

Selain Gubernur BI dan Gubernur Riau, hadir pula dalam acara tersebut Ketua BWI Nasional Mohammad Nuh, Kepala Kantor Perwakilan BI Riau Decymus, Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah, Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adimarwan Azwar Karim, Ketua MUI Riau Ilyas Husti, para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama, Ketua BWI, Ketua Baznas, Ketua Masyarakat Ekonomi Islam, Ketua Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia seluruh wilayah Sumatera dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi dan Kabupaten/Kota Seluruh Wilayah Sumatera. Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Staf Khusus Wapres. (NAR/SK,BPMI Setwapres).

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           0           0           0           0